...pada suatu malam...
V: kepada yang terkapar.. kerana lapar tanpa laporan... aaagh. meski begitu aku tetap suka sama kamu... (kita sama kok... menderita... oleh cinta dalam dua ambang... kehidupan dan kematian). kupohonkan doa dan maaf seta ampunan... salam. see u now... bye bye...
D: siapa yang terkapar karena lapar? berarti dia yang lapar yang kamu suka? siapa yang menderita oleh cinta? aku penuh tanya
V: tidak sepenuhnya orang yang lapar aku suka. lapar berarti kurang asupan. kurang asupan kasih sayang eh perhatian or 'cinta'. karena, memang ada di kehidupan ini higga serta dibawa hingga... kematiannya, bisa jadi hingga pada kehidupan yang baru lagi. yang menderita oleh cinta adalah yang pernah merasakan cinta sepenuhnya dari pengorbanannya. tidak selalu pengorbanan kemudian diartikan untuk menafikkan penderitaan yang dirasa dan ditanggung diri. salam
D: kurang asupan cinta memang tidak atau kurang menyenangkan... hehehe... terutama buatku yang suka untuk dicintai... (?!). tiap hari kita hadapi kehidupan baru... baik itu new born atau 'kehidupan baru'. tapi kadang meski seorang sudah merasa penderitaan cinta, dia tak juga dewasa untuk memaknai cinta dan masih jadi egois... karena aku tahu, aku egois... salam sayang!
V: mencintai tidak mengharap untuk dicintai. dicintai? melahirkan rasa ibakah? apakah kecintaan melunturkan keegoan? hubungan cinta dan ego mungin sekedar... selayak jiwa dan raga... mungkin. salam.
D: siapa bilang begitu? orang yang mencintai 'pasti' mengharap untuk dicintai. biar akhirnya tidak dicintai, dia tetap ingin dicintai. pun akhirnya dia 'menyerah', toh perasaan itu tetap ada... normal kok! 'menyerah'= 'yah... gpp lah asal kamu bahagia...' (semacam gombal hihihi--> ketawanya siapa ya?). cinta bisa melunturkan ego, apalagi kalau cintanya panas dan egonya tidak bermutu! (Cinta= air: ego=pewarna pakaian). salam sayang! xxx!
V: mengharapkan tanpa batas atas pembalasan apa yang kita lakukan hampir sama saja mengharapkan lebih dari kesia-siaan. kerana, kecewa tak ada dalam rengkuhan kesia-siaan. indahnya berada di titik keseimbangan. hmm... itu bau tertawanya simbah... tertawa yang berbau... tanah... :p. salam jempol candy.
D: menunggu... sedikit isah karena aku sedang menunggu--menunggumu; menunggu surat balasanmu. pernahkah kamu menunggu sampai lelah? temanku membuat cerpen, dia menunggu seorang lelaki selama 4 jam, di restoran. sampai-sampai dia pesan 4 hidangan. salad, sup, black forrest dan french fries. sampai muntah-muntah. hmm... apa begitu pentingnya lelaki itu? ah, ngga tau. aku juga pernah, menunggu sampai lelah, sampai kelelahan itu menimbulkan bilur di hati. mengharap-menunggu; teman seperjalanan kan? beriringan seperti dua roda depan dari becak, dari mobil, dari truk, atau dari apa sajalah. ngomongin soal titik keseimbangan, buka deh titik nol. pernah juga aku menunggu dering yang tak pernah datang... hhh... sampai hati berdebar tiap ada dering telpon. kasian ya... ah, tidak mengasihani diri ah...
V: seperti perjalanan koas di poli yang lagi sepi pasien. menunggu...! uagh... atau begini, menunggu seseorang untuk mengangkat telpon yang ita dial. hahaha... (gila ngkali ye?)
D: hati-hati... perempuan gila iu berbahaya lho! lama-lama jadi pendek-pendek ya... ngantuk lagi...
V: hah? perempuan gila itu pendek-pendek? lha, memangnya kita tinggi ngga? waaa... aagh. zzzz...
D: tinggi? ngga salah nih? (eh, katamu si Om menang tinggi... maksudnya dia miara banyak tinggi di kasurnya?)
V: hwa... kim hwa lou han... kalau nyang ini menang tinggi bathuknya. kalau nyang sebelumnya boleh jadi menang tinggi pada bagian nyang lainnya. hehehe... punya mata tho nduk? salam
D: mata yang mana? (kaca)mata?... ups! salam sayang... xxxx*!
--end--
entah kapan komunikasi tulis ini aku lakukan dengannya. rasanya sudah lama, tapi mungkin belum sampai setahun yang lalu. ah, rindunya... ngga sengaja catatan itu aku temukan pas beres-beres kamar. meski masih tetangga kamar, entah kapan lagi ada obrolan macam itu... seperti obrolan tak berguna, tapi lebih dalam daripada sekadar mendengar keluh kesah tentang hidup... mungkin kalo dibaca, semacam aneh ya? itulah cara kami diskusi saat itu :D tapi hanya sekali yang terabadikan dalam tulisan. lainnya hanya kata yang berhamburan. sekejap tertangkap, lalu hilang sepotong. dan potongan yang lain mengendap, mengkristal, mungkin mempengaruhi gaya bicara atau berpikirku. diskusi adalah alat untuk saling mempengaruhi... betul?