agama adalah nasehat
suatu pagi, setelah kesana-kesini cari warnet....... aku bertemu dengan seorang teman yang berbaik hati menuliskan nasehatnya... moy, biar aku inget terus, aku taruh di sini ya.... here it is:
teruslah berkarya... dengan menulis, kamu bisa terus mengembangkan karya-karya kamu... tapi ingat!!! internet bukan salah satu media mengembangkan karya, melainkan juga kamu harus mengembangkannya di media cetak.
kalo lagi ngga semangat gimana?
gak semangat untuk menulis, kasih target untuk mendiamkan diri dalam beberapa hari... tapi yakinkan diri, setelah beberapa hari berdiam diri dan merenungkan sesuatu yang baik, kamu harus beranjak lagi dan jangan terpaku dalam berlama-lama menikmati diam itu. itu aza pesanku... kamu pasti bisa, dalam hal apa saja... kuliah, bekerja dan berkarya
aku punya target dalam sehari 3 puisi, kalau bisa lebih ya lebih baik atau kalau memang gak ada, ya harus diisi dengan belajar dan membaca karya orang atau karya sendiri; juga membuat peka perasaan, membandingkan karya sendiri dengan orang lain, memberi nilai cita rasa menurut pribadi dan orang lain...
kalau kamu punya teman penyair, silahkan kamu kirim ke mereka untuk meminta kritik dan komentar tentang puisi kamu... yang jelas, puisi-puisi yang udah kamu seleksi lebih dulu.
kalau tak bisa menulis puisi, ya tulislah diary... dengan gaya formil seperti cerpen, atau memoar (kenangan pribadi) secara santai
aku gak ada target dalam membaca... dan aku juga terlalu memilih-milih karya yang aku suka.
pilih bacaan yang tidak berat menurut kamu, kalau kamu mau belajar menulis puisi dulu, maka dalamilah hal-hal yang berhubungan dengan puisi: teori apresiasi puisi juga banyak minta kritik. terima kritik dan komentar dari semua orang, sekalipun itu tak enak untuk didengar. kamu kan ingin maju, harus terima baik dan buruk, bukannya kepingin mendengar sesuatu yang baik melulu.
sebelum kamu menulis, tentukan dulu tema apa yang mau kamu hadirkan... tentang cinta, sosial, alam, dan sebagainya. dan jangan ceritakan terus menerus tentang dirimu, dalam puisi-puisimu... melainkan ambillah perasaan orang lain sebagai pengganti dirimu. biar kamu menuliskan puisi yang selalu menuliskan "aku", "kamu", atau "dia"... tapi pembaca bisa merasakan bahwa merekalah yang sebagai "aku, "kamu", atau "dia" dalam puisimu itu.
MUSIKALISASI SENJA
aku telah mengerti seperti biasa
ketika jendela terbuka
matahari hilang warna
suara beburung manggung
di pinggir gunung saling sahut
menanda waktu mulai beringsut
tapi hati kecil ini masih bertanya
kekasih yang dirindu kapan kan tiba
detik tak henti mengeja
sementara angin tua perlahan membaca
bisik kecilmu dari seberang sana
disitu menceritakan tentang "mu", tapi kamu bisa merasakan itu adalah puisi umum, untuk semua orang, bukan puisi yang kepingin dibaca oleh penulisnya sendiri
makasih banyak ya! selama ini kamu ngga banyak bicara soal tulis-menulis ke aku. dan jawabmu: "kamu ngga nanya sih."