semua orang beranjak menua. meniti waktu yang berderak bergerak. ketuaan seorang bayi menjadikannya kanak-kanak yang bisa berlari. ketuaan seorang anak ketika dia mencapai baligh. ketuaan kita saat kemampuan kita sedikit demi sedikit diminta kembali oleh Pemiliknya.
siang itu aku sampai di pasar karanganyar. kutuju seorang bapak berusia 60an yang sedang duduk di dalam becaknya. bukan apa-apa, aku pilih becak terdekat. seperti yang biasa kulakukan. meski becaknya tak kelihatan bagus, dan bapak itu sudah tua. kusebut alamat rumah dan kunaiki becak itu.
perlahan, becak itu menuju arah yang kuinginkan. baru beberapa saat, aku sudah menyadari, becak itu berjalan terlalu pelan. apakah aku terlalu berat? (mengingat aku memang gemuk). setiap ada jalan yang sedikit menanjak, segera muncul rasa khawatirku. apakah bisa terlewati?
akhirnya, sampai juga aku di gang yang melewati depan rumah. ketika ujung gang sudah nampak, bapak itu bertanya rumah yang mana tujuanku. aku semakin merasa bersalah. apakah beliau sudah lelah? untung saja tinggal satu rumah lagi. yang putih depan itu, Pak, jawabku. ada rasa tak tega untuk memberinya bayaran seperti biasa. sehingga aku melebihkan. bukankah usahanya lebih dari tukang becak yang lebih muda?
dalam rumah aku berpikir, apakah aku salah pilih? apakah baiknya aku pilih tukang becak yang lebih muda agar jalannya cepat dan tak ada khawatir? jika begitu, bagaimana dengan bapak tua macam tadi? jika semua orang berpikir sepertiku, siapa yang akan memakai jasanya?
pikiran manusia memang tak sampai untuk mengetahui rahasia Allah. aku tersentak saat mbak berkata: kebebasan finansial adalah saat kita yakin Allah sebagai pemberi rizqi (mengutip kata siapa mbak?). jika bukan lewat aku, pasti ada tangan2 lain dimana rizqi bapak tadi dilewatkan :)
*kepulangan terakhir*`